Subscribe:

Labels

Friday, November 18, 2011

Karakter tokoh fantasi yang membuat pembaca jengkel


Beberapa hari yang lalu saya sudah mencoba untuk membeberkan sedikit tentang bagaimana membuat atau menciptakan seorang antagonis. Setelah dipikir-pikir saya merasa sudah sangat  terlalu menyederhanakan masalah yang bisa dibilang krusial tersebut. Saya bisa mengambil kesimpulan demikian karena ternyata ada banyak alasan yang membuat seorang tokoh bisa benar-benar dibenci. Tujuan utama membuat tokoh ini tentu saja salah satunya ya seperti itu ; membuat pembaca benci setengah mampus.

Berkaca dari novel Harry Potter, novel paling laris sepanjang masa versi saya, beberapa alasan yang akan saya jabarkan mudah-mudahan bisa dijadikan acuan untuk memulai atau menyelesaikan menulis temen-temen.

Yang pertama adalah bahwa seorang tokoh antagonis akan sangat menarik perhatian jika seorang penulis mampu mendeskripsikan, cukup bagian kecil dari sifat dan kebiasaan yang menjadi karakter khusus, yang melekat pada diri seorang tokoh. Jadi tidak selalu harus menampilkan sosok menyeramkan seperti musuh utama Harry Potter, Lord Voldemort.


Saya ambil contoh tokoh Dolores Umbridge dalam buku berjudul Harry Potter and the Order of the Phoenix. Dalam buku ini dia digambarkan sebagai seorang wanita yang selalu berusaha membuat Harry Potter menderita. Dari segi sifat tentu saja dia mewakili apa yang disebut sebagai musuh, jahat dan licik. Dan yang paling menonjol bagi saya adalah bagaimana tingkah atau sikap yang menjadi ciri khasnya : tersenyum penuh misterius. Namun tentu saja ada banyak alasan kenapa pembaca bisa begitu membencinya. Di antaranya adalah dari segi fisik, yang digambarkan oleh penulisnya seperti kodok yang ingin menerkam lalat. Tentu saja perpaduan hewan lucu (setidaknya bagi saya) dengan sifat jahat yang  ironis sangat membuat kita merasa jengkel. Selain itu saya bisa membencinya hanya karena hal kecil seperti gaya bicara Dolores Umbridge yang seperti anak kecil dan dibuat-buat dengan disertai kikik-an tidak jelas. Dua hal tersebut saya yakin lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa menjadi tokoh antagonis tidak selalu digambarkan dengan wujud yang mengerikan. Lalu bagaimana dengan tokoh Rita Skeeter? Saya yakin pembaca blog ini lebih paham dengan karakter yang satu ini.

Kemudian yang kedua adalah, seorang tokoh antagonis tidak melulu membuat tokoh utama menderita secara langsung.

Banyak tokoh dalam kisah Harry Potter memang menjadi karakter kesayangan kita. Di sini lah saya kira peluang yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan tokoh jahat yang lainnya. Tentu saja sangat mubazir kalau dalam sebuah cerita novel hanya diisi oleh satu musuh saja. Namun tetap diusahakan agar menempatkan tokoh ini sebagai peran pembantu saja. Tujuanya agar kehadiran mereka bisa membuat cerita kita lebih bervariasi dan tidak membosankan dengan hanya mengandalkan musuh utama saja.

Tadi saya mengatakan banyaknya tokoh kesayangan adalah sebuah peluang menciptakan tokoh antagonis. Saya kira seorang JK Rowling juga memanfaatkan peluang ini dengan tokohnya yang lain, yang luar biasa jahat. Siapalagi kalau bukan Bellatrix Lestrange.

Secara langsung, dia memang tidak atau jarang berhadapan langsung dengan Harry Potter. Namun tindakan dan kejahatan yang dilakukan tentu saja membuat Harry sangat sedih dan pembaca dalam hal ini juga pasti merasakannya karena pembaca kalau sudah larut akan menempatkan dirinya sebagai tokoh utama. Di antaranya, dalam cerita dikisahkan kejahatan Bellatrix terhadap keluarga Longbottom. Keluarga Longbottom adalah saudara orang tua Harry. Apa yang kita rasakan ketika tahu musuh kita menyakiti mereka? Tentu saja rasa sakit dan kebencian menguasai hati kita bukan?

Lalu ketika Bellatrix Lestrange membunuh Sirius Blaack, atau ketika pisau yang dia lempar berhasil membunuh Dobby. Kejahatannya secara langsung memang tidak melukai Harry secara fisik. Justru orang-orang yang Harry cintailah yang menjadi target untuk menyakiti Harry, atau dengan kata lain membuat hati pembaca terluka dan menimbulkan kebencian pada tokoh Bellatrix Lestrange ini.

Kemudian yang bisa saya sebutkan contoh lainnya adalah bahwa sesuatu yang lemah namun mempunyai andil besar dalam jalannya cerita. Ya, bisa kita bayangkan seandainya tidak ada tokoh bernama Peter Pettrigrew a.k.a Wormtail. Saya yakin tidak akan ada kisah yang begitu komplek yang membuat pembaca ingin terus menyelasikan bukunya.

Wormtail merupakan penggambaran tokoh antagonis yang secara kemampuan dibawah rata-rata namun efek keterlibatannya dalam hal memuluskan rencana Voldemort sangat besar dan hampir seluruh penggemar buku serial Harry Potter setuju bahwa tokoh pengkhianat inilah awal dari mala petaka yang menimpa keluara Potter.

Dan akhirnya, yang paling kentara dari kisah ini adalah musuh utama Harry sendiri, Lord Voldemort. Kita bisa belajar dari penggambaran seorang Voldemort di buku pertama hingga seri pamungkasnya.

Penggambaran secara fisik seorang Voldemort sangat tepat menempatkannya sebagai musuh utama. Latar belakang keluarganya yang kelam, dan motivasi yang kuat hingga dia dengan gampang membunuh tokoh lain juga menjadi alasan yang kuat kenapa kita membencinya. Terlebih ketika dia menggunakan kelicikannya saat pertempuran di akhir buku tersebut. Jadi kesimpulannya yaitu, seorang tokoh selain menonjolkan ciri fisik, juga harus dengan secara serasi menempatkan atribut sifat yang jahat pula. 

Terima kasih atas kesediaan teman-teman membaca ulasan saya.

No comments:

Post a Comment